Photobucket

Pages

Mendidik Anak Harus Sesuai dengan Keinginan Tuhan [Agama dan Pendidikan]

Mendidik Anak Harus Sesuai dengan Keinginan Tuhan

Jakarta, Pelita
Selama ini para orang tua dan guru gagal dalam mendidik anak. Karena para orang tua dan guru tersebut lebih suka memaksakan keinginan mereka sendiri. Dalam mendidik anak, seharusnya para orang tua dan guru harus menyesuaikan dengan keinginan Tuhan.
Demikian disampaikan Ayah Edi, Pakar Multiple Intilligence dan praktisi holistic learning, kepada Pelita usai acara bedah bukunya yang terbaru, I Love You, Ayah Bunda, di Tangerang, Ahad petang (26/04).
Menurut Ayah Edi, untuk mengetahui keinginan Tuhan adalah dengan cara melihat gerakan si anak. Setiap gerakan anak merupakan cerminan Tuhan. Ayah Edi mencontohkan, anak yang mudah menangis. Anak yang mudah menangis, katanya, adalah representasi dari perasaan yang halus. Sehingga dia peka terhadap pelajaran yang sifatnya seni dan sains Dari itu, jangan langsung divonis sebagai anak yang cengeng, papar penggagas acara Indonesia Strong from Home di Smart FM ini.
Anak seperti ini tidak suka bergaul. Sementara para orang tua, jelas Ayah Edi, banyak yang memaksakan agar anak tersebut bersosialisasi dengan teman-temannya. Tidak ada saintis yang suka bergaul. Kalau anak tersebut tetap dipaksa bergaul, orang tua telah menggagalkan si anak untuk menjadi saintis, jelasnya. Setiap perilaku anak, selain sebagai keinginan Tuhan juga adalah cerminan dan kelebihan dari anak tersebut.
Begitu juga anak yang kurus secara alami. Anak seperti ini, tambah Ayah Edi, diberi makan apa pun tidak akan bisa gemuk. Anak ini mempunyai energi gerak yang tinggi. Otomatis, kalau belajar lebih suka sambil melompat-lompat. Dari itu, tidak boleh dilarang, lanjutnya.
Menurut Ayah Edi, Anak yang sering dilarang dalam melakukan sesuatu akan berakibat fatal. Karena akan menghambat pertumbuhan saraf. Saraf anak akan tumbuh pada usia 0-5 tahun. Dan berhenti pada usia 12 tahun, untuk saraf tunas. Walaupun saraf lainnya tetap tumbuh.
Ayah Edi menjelaskan, pada masa pertumbuhan saraf tersebut, rasa ingin tahunya timbul dan ingin selalu bergerak. Kalau dilarang, otomatis saraf berhenti dan rasa ingin tahunya juga hilang. Makanya, Ayah Edi menganggap wajar kalau belakangan ini keluar, istilah nggak tau ah, gelap di kalangan remaja. Para orang tua harus memfasilitasi dan mengarahkan gerakan anak tersebut, bukan melarang, jelasnya.
Ayah Edi menyadari banyak orang tua yang tidak tahu tentang hal ini. Karena para orang tua tidak pernah menyiapkan diri bagaimana menjadi orang tua yang bisa mendidik dengan baik, jauh sebelum kelahiran anak. Para orang tua, kalau hendak melahirkan hanya menyiapkan rumah sakit, dokter, dan nama piliha. Sedangkan cara mendidik anak tidak pernah terpikir, paparnya. Harus disadari, rumah sakit tidak akan pernah memberi buku panduan bagaimana mendidik dengan baik.
Untuk itu, Ayah Edi menganjurkan kepada semua orang tua untuk terus belajar mendidik dengan betul. Agar tidak menyalahkan pihak lain, kalau anaknya menjadi bermasalah. Semua anak, kata Ayah Edi, merupakan ciptaan terbaik Tuhan. Kalau ada anak yang bermasalah, harus dievaluasi. Jangan-jangan para orang tua atau guru yang tidak bisa mendidik, pungkasnya. (cr-12)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar